Tentang

let gone by gone

Daisypath Anniversary Years Ticker Lilypie 1st Birthday Ticker

Thursday, December 29, 2005

29 Desember - 10.15 AM

Detik ini aku teringat kembali padamu, kekasih. Ingatan itu tiba-tiba meruap dari lembah kenangan yang kukubur dalam-dalam. Bangkit dengan perkasa dari liang lupa yang kutimbun. Lelehan waktu tak lemahkan hentakan memori. Ingatan itu masih segar, muda dan renyah, serenyah rinai tawamu dulu.

“Tertawakah dirimu jika kukatakan cintaku, wahai kekasih?”
“Tawaku adalah cintaku, kekasih.”

Detik ini ingatan tentangmu menghantam, kekasih. Seret aku kembali pada arus sungai cintamu dulu. Tenggelam dalam pusaran episode asa kita. Kuyup aku di tengah hujan rinduku. Dingin. Kelam menyerbuku. Kenang hangat pelukmu kembali menyergapku.

“Aku rindu kamu, kekasih, tapi kamu begitu jauh. Tanganku tak mampu menjangkaumu, hanya hatiku mencumbumu dalam ruang hampa penuh cinta yang kita miliki. Peluklah aku, kekasih”
“Rindulah aku, kekasih. Jarak memang memisahkan kita, namun rasakanlah hangat tanganku memelukmu, walau hanya dalam ruang hampa penuh cinta yang kita miliki.”

Detik ini ingatan dirimu membayang, kekasih. Bawa diri melayang bersama angin. Tengok masa ketika kau dan aku bercumbu dalam angan. Cium selembut sayap kupu-kupu yang kau berikan. Belai sehangat sentuhan mentari yang kau persembahkan. Jadilah milikku, kekasih.

“Jiwaku adalah milikmu, kekasih. Seperti bulan memiliki bintang, tak jua bosan menemani di tengah kesunyian merayap.”
“Jiwaku adalah milikmu jua, kekasih. Kuberikan secuil jiwaku untuk kau kenang, jadikan selimut cintamu ketika kau rindukan aku.”

Detik ini aku kembali bergelimang rindu padamu, kekasih. Pekat malam tak sembunyikan pendar cintaku. Bahkan supernova pun tak mampu sembunyikan dentuman hatiku yang membara. Secuil jiwa yang kau berikan masih kupeluk, kekasih. Tapi hangat cinta yang terpancar kembali harus kucari. Jiwaku selalu menggapai, menunggu uluran kasihmu. Tak kau lihat murninya rasa yang tertumpah dalam gelas kaca nasib?

“Sungguhkah kau mencintaiku, kekasih?”
“Tak pernah aku berkata tak mencintaimu, kekasih.”

Detik ini kubiarkan bujuk rayu kenangan membiusku, kekasih. Ingatkan diri pada binar cinta di matamu. Terperangkap dalam kenang jeratan rindu. Sandarkan lelah jiwa mencari kembali manis asamu. Kosong hilang sejenak, bertukar dengan ingatan manis rayumu. Bibir yang menciumku kembali uarkan huruf berangkai cinta. Kata cinta menggantung di udara, bergelayut bersama lara yang mengintip.

“Aku ragu akan cintamu, kekasih.”
“Apakah ada yang perlu diragukan, kekasih? Kuberikan seluruh cintaku padamu, hingga hatiku kosong, menanti kau sisipkan bongkahan cintamu tutupi ruang kosong.”

Detik ini ingatan sedu cinta kita melintas, kekasih. Terasa kembali jarum menusuk kalbu, tinggalkan lubang luka kecil yang tak pernah sembuh. Hatiku kosong kini, kekasih. Bongkahan cintamu tak jua penuhi hampa tersisa. Pasukan pedih ambil alih hatiku, kekasih. Cinta lari ke pojok tersembunyi, kalah.
“Kau tak lagi mencintaiku, kekasih.”
“Aku masih mencintaimu, kekasih. Hanya saja cintaku kini tengah bersembunyi. Dan aku butuh waktu untuk mencarinya. Hingga suatu saat nanti aku akan kembali bersama cintaku. Tunggulah aku, kekasih.”

Detik ini ingatan penantian masih menggangguku, kekasih. Sendiri aku dalam temaram senja cinta kita. Gelepar angin ingatkan aku akan desiran rinduku. Adakah kau temukan cintamu, kekasih? Apakah tanganmu telah menyambut tangan cinta lain yang terulur? Cuilan hatimu telah lama hangus, dan kusebar abunya ke segala penjuru. Dapatkah kau hirup debu cinta kita yang meranggas?

Detik ini aku kembali teringat padamu, kekasih. Hanya teringat, untuk kembali terlupa.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home